Rabu, 21 September 2011

KIAT SUKSES KEBERHASILAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

oleh Ahmad Sidik pada 24 Juli 2011 jam 16:22
Kiat Sukses Keberhasilan Komunikasi Pendidikan - Presentation Transcript

BAB I PENDAHULUAN

o Latar Belakang Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses sosial, yaitu sesuatu yang berlangsung atau berjalan antar manusia. Sebagai proses sosial, maka dalam komunikasi terjadi interaksi individu dengan lingkungannya. Inilah yang akhirnya menyebabkan terjadinya proses perubahan perilaku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham dan dari yang sebelumnya tidak mengacuhkan situasi masa depan menjadi berantusias sekali akan harapan-harapan positif pada masa yang akan datang

BAB II PEMBAHASAN KIAT SUKSES KEBERHASILAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

o A. Pengertian Komunikasi Pendidikan
Secara sederhana makna Komunikasi Pendidikan adalah komunikasi yang terjadi dalam suasana pendidikan. Di sini komunikasi tidak lagi bebas, tetapi dikendalikan dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan.
B. Tujuan Komunikasi Pendidikan
Pada kita, tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan, dan tentu oleh suatu tindakan komunikasi pendidikan, sesuai yang diamanatkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), yaitu untuk mencapai predikat manusia Indonesia yang berpancasila,”….. meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat agar dapat menumbuhkan manusia-manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
 C. Hambatan Komunikasi Pendidikan
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers, atau noises . Kita kenal adanya hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh . Dua jenis hambatan yang lain adalah hambatan kultural seperti perbedaan adat-istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan; dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan sekitar .
D. Kiat Sukses Keberhasilan Komunikasi Pendidikan
o Perumusan Strategi Komunikasi
o Pendidikan .
o Langkah-langkah perumusan strategi
o komunikasi :
o Mengenal khalayak
o Menyusun pesan
o Menetapkan metode
o Seleksi Penggunaan Media
o Pemanfaatan Media Pendidikan
o Media Pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hambatan-hambatan komunikasi pendidikan. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan.

oSecara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut :
o Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu
o bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis
o atau lisan belaka)
o Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya
o indera.
o Menimbulkan kegairahan belajar
o Memungkinkan interaksi yang lebih langsung
o antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan
o Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri
o menurut kemampuan dan minatnya

o Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari pemanfaatan media pendidikan ini diperlukan persiapan dan perencanaan membuat program media pembelajaran.
o Persiapan dan perencanaan tersebut dapat diutarakan dengan langkah-langkah :
o Merumuskan tujuan instruksional dengan operasional
o dan khas
o Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang
o mendukung tercapainya tujuan
o Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
o Mengembangkan alat pengukur keberhasilan berupa tes
o atau penugasan
o Menulis naskah media
o Mengadakan tes dan revisi.

o AECT (Association For Education Communication and Technology) mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6 yaitu :
o Pesan (messages), yaitu informasi yang ditransmisikan
o (diteruskan) oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta arti
o dan data.
o Orang (peoples), yaitu manusia yang bertindak sebagai
o penyimpan, pengolah, penyaji pesan.
o Bahan (materials), yaitu perangkat lunak yang mengandung
o pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh
o dirinya sendiri.
o Alat (devices), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk
o penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan.
o Teknik (Techniques), yaitu prosedur atau acuan yang
o disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan
o lingkungan untuk menyampaikan pesan.
Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar dimana pesan disampaikan.

Menulis Dalam berkomunikasi lisan, kita menyampaikan ide kepada orang lain. Komunikasi itu hanya akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak disampaikan memang bisa tepat sama dengan apa yang dipersepsi oleh pihak penerimanya. Dalam menulis, kata-kata adalah batu bata dalam berkomunikasi yang memiliki fungsi sama.

o Kemampuan menulis bisa dikembangkan dengan
o cara-cara:
o Sering menulis berdasarkan kegunaan (purpose)
o spesifik atau audience spesifik
o Memahami fakta bahwa writing is revising.
o Dengan kata lain, menulis adalah memperdalam
o keahlian Anda
o Memperoleh pengalaman editing yang akan
o bermanfaat tidak hanya untuk menulis akan tetapi
o secara keseluruhan bermanfaat untuk pengembangan
o kemampuan riset dan auditory atau observasi
o Mempublikasikan tulisan.

o Akhirnya semua keberhasilan akan dapat diraih dibarengi dengan sebuah kesungguhan dan semangat yang kita singkat dengan SOUL (4 spirit for SOUL ) :
o Spirit for Servicing
o Spirit for giving an Outstanding
o Performance
o Spirit for Understanding
o Spirit for Loving

TARBIYAH

Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan, sedangkan orang yang mendidik dinamakan Murobi.
Etimologi
Secara umum, tarbiyah dapat dikembalikan kepada 3 kata kerja yg berbeda, yakni:
1. Rabaa-yarbuu yg bermakna namaa-yanmuu, artinya berkembang.
2. Rabiya-yarbaa yg bermakna nasya-a, tara’ra-a, artinya tumbuh.
3. Rabba-yarubbu yg bermakna aslahahu, tawallaa amrahu, sasa-ahuu, wa qaama ‘alaihi, wa ra’aahu, yang artinya masing memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga dan memeliharanya (atau mendidik).
Makna
Makna tarbiyah adalah sebagai berikut:
1. proses pengembangan dan bimbingan, meliputi jasad, akal, dan jiwa, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan tujuan akhir si anak didik tumbuh dewasa dan hidup mandiri di tengah masyarakat.
2. kegiatan yg disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak, dan menyenangkan (tidak membosankan).
3. menyempurnakan fitrah kemanusiaan, memberi kesenangan dan kemuliaan tanpa batas sesuai syariat Allah SWT.
4. proses yg dilakukan dengan pengaturan yg bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yg mudah kepada yg sulit.
5. mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yg mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
6. kegiatan yg mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan, dan perasaan memiliki terhadap anak.
7. Tarbiyah terdiri atas (1) Tarbiyah Khalqiyyat, yakni pembinaan dan pengembangan jasad, akal,
jiwa, potensi, perasaan dengan berbagai petunjuk, dan (2) tarbiyah diiniyyat tahdzibiyyat, pembinaan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian jiwa menurut pandangan Allah SWT.
Arti
Dalam Islam, istilah pendidikan disebut dengan tarbiyah. Menurut ilmu bahasa, tarbiyah berasal dari tiga pengertian kata -robbaba-robba-yurobbii- yang artinya memperbaiki sesuatu dan meluruskannya. Sedang arti tarbiyah secara istilah adalah:
1. menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan, dimana bentuk penyampaiannya satu dengan yang lain berbeda sesuai dengan tujuan pembentukannya.
2. menentukan tujuan melalui persiapan sesuai dengan batas kemampuan untuk mencapai kesempurnaan.
3. sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit oleh seorang pendidik.
4. sesuatu yang dilakukan secara berkesinambungan, maksudnya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas tertentu, terhitung dari buaian sampai liang lahat.
5. dijadikan sebagai tujuan terpenting dalam kehidupan, baik secara individu maupun keseluruhan, yaitu untuk kemashlahatan ummat dengan asas mencapai keridhaan Allah SWT seperti tersirat dalam firman Allah:
“ "Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu ia berkata kepada manusia, 'hendaklah kamu menjadi penyembahku, bukan penyembah Allah'. Akan tetapi(dia berkata),'hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya."(Al Imran:79) ”

Selasa, 20 September 2011

Sari Jangka Jayabaya

Sudahkah terjadi apa yang diramalkan oleh Kanjeng Gusti Prabu Jayabaya, raja Kediri?

Jangka Jayabaya ini dikenal khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga.
Berikut sari Jangka Jayabaya :
Kelak ada kereta tanpa kuda. Pulau Jawa berkalung besi. Perahu pun berjalan di angkasa. Dan sungai-sungai kehilangan mata air. Pasar-pasar kehilangan hiruk pikuknya. Itulah pertanda jaman Jayabaya telah mendekat. Bumi semakin lama semakin mengerut. Sejengkal tanah dikenai pajak. Kuda-kuda lalu suka makan sambal. Kaum perempuan berpakaian lelaki. Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik.

Banyak janji tidak ditepati. Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri. Orang-orang saling lempar kesalahan. Tak peduli akan hukum Sang Hyang Widhi. Yang jahat dijunjung-junjung. Yang suci justru dibenci. Banyak orang hanya mementingkan uang. Lupa jati kemanusiaan. Lupa hikmah kebaikan. Lupa sanak lupa saudara. Banyak ayah lupa anak. Banyak anak berani melawan ibu. Menantang ayah. Saudara dan saudara saling khianat.


Keluarga saling curiga. Kawan menjadi lawan. Banyak orang lupa asal-usul. Hukuman Raja tidak adil. Banyak pejabat jahat dan ganjil. Banyak ulah tabiat ganjil. Orang yang baik justru tersisih. Banyak orang kerja halal justru merasa malu. Lebih mengutamakan menipu. Malas untuk bekerja. Inginnya hidup mewah. Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.

Orang yang benar termangu-mangu. Orang yang salah gembira ria. Orang yang baik ditolak ditampik diping-pong. Orang yang jahat naik pangkat. Orang yang mulia dilecehkan. Orang yang jahat dipuji-puji. Perempuan hilang malu. Laki-laki hilang perwira/kejantanan. Banyak laki-laki tak mau beristri. Banyak perempuan ingkar pada suami. Banyak ibu menjual anak. Banyak perempuan menjual diri. Banyak orang tukar istri/suami. Perempuan menunggang kuda. Laki-laki naik tandu. Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen). Lima perawan lima picis. Duda pincang laku sembilan uang.

Banyak orang berdagang ilmu. Banyak orang mengaku diri. Di luar putih di dalam jingga. Mengaku suci, tapi palsu belaka. Banyak tipu banyak muslihat. Banyak hujan salah musim. Banyak perawan tua. Banyak janda melahirkan bayi. Banyak anak lahir mencari bapaknya. Agama banyak ditentang. Perikemanusiaan semakin hilang. Rumah suci dijauhi. Rumah maksiat makin dipuja.


Perempuan lacur dimana-mana. Banyak kutukan. Banyak pengkhianat. Anak makan bapak. Saudara makan saudara. Kawan menjadi lawan. Guru dimusuhi. Tetangga saling curiga. Angkara murka semakin menjadi-jadi. Barangsiapa tahu akan terkena beban. Sedang yang tak tahu disalahkan. Kelak terjadi banyak perang. Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.

Banyak orang baik makin sengsara. Sedang yang jahat makin bahagia. Ketika itu burung gagak dibilang bangau. Orang salah dipandang benar. Pengkhianat nikmat. Durjana semakin sempurna. Orang jahat naik pangkat. Orang yang lugu dibelenggu. Orang yang mulia dipenjara. Yang curang berkuasa. Yang jujur sengsara. Pedagang banyak yang tenggelam. Penjudi banyak merajalela. Banyak barang haram. Banyak anak haram. Perempuan melamar laki-laki. Laki-laki memperhina derajat sendiri.

Banyak barang terbuang-buang. Banyak orang lapar dan telanjang. Pembeli membujuk penjual. Si penjual bermain siasat. Mencari rizki ibarat gabah ditampi. Yang tangkas lepas. Yang terlanjur menggerutu. Yang besar tersasar. Yang kecil terpeleset. Yang congkak terbentur. Yang takut mati. Yang nekat mendapat berkat. Yang hati kecil tertindih. Yang ngawur makmur. Yang berhati-hati merintih. Yang main gila menerima bagian. Yang sehat pikiran berpikir. Orang yang bertani diikat. Orang yang bohong berdendang. Raja ingkar janji, hilang wibawanya. Pegawai tinggi menjadi rakyat. Rakyat kecil jadi priyayi. Yang curang jadi besar. Yang jujur celaka.

Banyak rumah di punggung kuda. Orang makan sesamanya. Anak lupa bapak. Orang tua lupa ketuaan mereka. Jualan pedagang semakin laris. Namun harta mereka makin habis. Banyak orang mati lapar di samping makanan. Banyak orang berharta tapi hidup sengsara. Yang gila bisa bersolek. Si bengkok membangun mahligai. Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.


Terjadi perang dari dalam. Terjadi karena para pembesar banyak salah faham. Kejahatan makin merajalela. Penjahat makin banyak. Yang baik makin sengsara. Banyak orang mati karena perang. Karena bingung dan kebakaran.

Si benar makin tertegun. Si salah makin sorak sorai. Banyak harta hilang entah ke mana. Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa. Banyak barang haram, banyak anak haram. Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar. Tapi betapapun beruntung si lupa. Masih lebih beruntung si waspada. Angkara murka semakin menjadi. Di sana-sini makin bingung. Pedagang banyak rintangan.

Banyak buruh melawan majikan. Majikan menjadi umpan. Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh. Si pandai direcoki. Si jahat dimanjakan. Orang yang mengerti makan hati. Harta benda menjadi penyakit. Pangkat menjadi pemukau. Yang sewenang-wenang merasa menang. Yang mengalah merasa serba salah. Ada raja berasal dari orang beriman rendah. Maha menterinya benggol judi. Yang berhati suci dibenci. Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa. Pemerasan merajalela.

Pencuri duduk berperut gendut. Ayam mengeram di atas pikulan. Pencuri menantang si empunya rumah. Penyamun semakin kurang ajar. Perampok semua bersorak-sorai. Si pengasuh memfitnah yang diasuh. Si penjaga mencuri yang dijaga. Si penjamin minta dijamin. Banyak orang mabuk doa. Di mana-mana berebut menang. Angkara murka menjadi-jadi. Agama ditantang. Banyak orang angkara murka. Membesar-besarkan durhaka. Hukum agama dilanggar. Perikemanusiaan diinjak-injak. Tata susila diabaikan. Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.

Rakyat kecil banyak tersingkir. Karena menjadi kurban si jahat si laknat. Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit. Dan punya prajurit. Lebar negeri seperdelapan dunia. Pemakan suap semakin merajalela. Orang jahat diterima. Orang suci dibenci. Timah dianggap perak. Emas dibilang tembaga. Gagak disebut bangau. Orang berdosa sentosa. Rakyat jelata dipersalahkan.


Si penganggur tersungkur. Si tekun terjerembab. Orang busuk hati dibenci. Buruh menangis. Orang kaya ketakutan. Orang takut jadi priyayi. Berbahagialah si jahat. Bersusahlah rakyat kecil. Banyak orang saling tuduh. Ulah manusia semakin tercela. Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.

Orang Jawa tinggal setengah. Belanda-Cina tinggal sepasang. Banyak orang kikir, banyak orang bakhil. Si hemat tidak mendapat bagian. Yang mendapat bagian tidak berhemat. Banyak orang berulah dungu. Banyak orang limbung. Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.
Ini hanya sekadar Jangka, bukan masalah suka atau tak suka, bukan sandaran iman dan logika, tak ada maksud untuk melaba, semua pada akhirnya kembali kepada Yang Maha Kuasa.
megu

KTK


Kerangka Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas

Oleh:
Ahmad Sidik, S.Pd.I.

Disampaikan pada : PLPG
Hari :………………Tanggal…… Juli 2009

Fungsi Laporan Penelitian Tindakan Kelas

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah Penelitian
C. Tujuan Penelitian Tindakan
D. Hipotesis Tindakan
E. Manfaat Penelitian
F. Ruang Lingkup
G. Penjelasan Istilah

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Uraian tentang masalah
B. Uraian tentang solusi
C. Uraian tentang kaitan solusiterhadap pemecahan masalah

BAB III METODE PENELITIAN
A. Perencanaan
B. Prosedur pelaksanaan tindakan dan pengamatan
C. Refleksi
D. Subyek dan Tempat Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Penyiapan Partisipan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian pada Siklus 1
Rencana Tindakan ke-1
Pelaksanaan Tindakan ke-1
Hasil Observasi Tindakan pada Siklus ke-1
Refleksi hasil siklus ke-1

B. Hasil Penelitian pada Siklus 2
Rencana Tindakan ke-2 Pelaksanaan Tindakan ke-2
Hasil Observasi Tindakan pada Siklus ke-2
Refleksi hasil siklus ke-2

C. Hasil Penelitian pada Siklus 3
Rencana Tindakan ke-3
Pelaksanaan Tindakan ke-3
Hasil Observasi Tindakan pada Siklus ke-3
Refleksi hasil siklus ke-3

D. Pembahasan

Melaporkan Rencana Tindakan ke-1
Melaporkan Pelaksanaan Tindakan ke-1
Melaporkan Refleksi Hasil ke-1
Melaporkan Pembahasan Hasil Tindakan Ke-1 sd Ke-n

BAB V PENUTUP

Membuat Kesimpulan Penelitian
Kesimpulan penelitian menjawab rumusan masalah penelitian
Diungkapkan dalam kalimat pertanyaan yang yang tegas dan jelas

Membuat Saran Penelitian
Memuat untuk siapa dan untuk melakukan apa
Terkait dengan kesimpulan penelitian

Terima Kasih
Ahmad Sidik, S.Pd.I.

Senin, 19 September 2011

TRITANGTU KONSEP SUNDA BUHUN



Istilah Tri Tangtu ini membawa kita kepada pertanyaan ;
1. Kenapa Tri atau tiga ?
2. Apa yang disebut atau yang dimaksud dengan Tangtu ?
... Namun sebelum menjawab 2 pertanyaan diatas, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu mengenai apa yang disebut BUDAYA, oleh karena Tri Tangtu ini sangat erat melekat dengan Budaya Sunda.
Kita ketahui , bahwa banyak sekali cerita dan pengertian mengenai apa yang disebut budaya, namun tidak ada salahnya kalau saya mencoba menambahkan satu lagi kriteria budaya ini, mudah-mudahan bisa diterima oleh semua.
Menurut saya pengertian Budaya ini harus ditarik secara makro dan jangan dipersempit,agar dapat mewadahi segala aspek dan dimensi.

Apabila kita berandai-andai tatkala seorang individu mempertanyakan tentang eksistensinya sendiri dalam pertanyaan ; Siapa aku ?, darimana aku ?, dan hendak kemana aku ?, ini merupakan pencarian jati diri.
Proses pencarian jati diri sangat dipengaruhi oleh alam dan lingkungan hidupnya, sehingga dari apa yang dilihat dan dirasakannya akan sampai pada kesimpulan bahwa semua ini ada yang menciptakannya yaitu TUHAN. Apa dan Siapa Tuhan ini, itulah Konsep Ketuhanannya.
Dari konsep ketuhanan ini akan melahirkan pengertian-pengertian filosofis dan agama,saya tidak tahu mana yang lebih dulu antara falsafah atau agama. Namun dari falsafah dan agama akan melahirkan disiplin-disiplin atau sistem-sistem, sistem akan melahirkan berbagai subsistem dan seluruh aspek, mulai dari pencarian jati diri sampai sub sistem , inilah yang disebut Budaya atau adab yang dalam perjalanannya menghasilkan peradaban.
Dalam kaitan 2 pertanyaan mengenai Tri Tangtu diatas ,kita ambil sebagai contoh Konsep Budaya diatas pada budaya Sunda.
Budaya Sunda tentulah sangat erat kaitannya dengan alam dan lingkungan hidupnya.
Dalam pencarian jati diri seorang manusia Sunda yang hidup dalam alam yang Kaya ,Subur Makmur,Gemah Ripah Loh Jinawi, dimana Cai Cur-cor ,Pasir jeung Lebak hejo ngemploh, dimana beratus gunung tinggi yang menyediakan Ribuan macam Tumbuh-tumbuhan dan Ribuan macam Satwa, memberikan Kemudahan dan Kenikmatan hidup bagi manusia Sunda, maka kenikmatan dan kemudahan ini akan dipandang sebagai Anugrah dari sesuatu yang menghendaki dan menciptakannya oleh penuh rasa Kasih dan Suci dan alam yang sempurna ini tentulah diciptakan oleh sesuatu yang sempurna dan maha.
Maka kesimpulan sang pencipta inilah yang disebut Tuhan atau Gusti, Gusti Anu Maha Asih,Anu Maha Suci,Anu Maha Agung dan Asih-lah yang menjadi energi utama dari kehendak Tuhan itu.
Dalam proses penciptaan yang penuh asih ini Tuhan lebih dulu menciptakan jagat atau alam. Yang disebut alam ini adalah terdiri dari 5 unsur yakni Udara atau angkasa,Bumi,Air,Tumbuhan dan Satwa.
Didalam rasa rumasa dan tumarimanya akan anugrah nikmat hidup ini,sadar bahwa segala sesuatu bukanlah miliknya, sekalipun dirinya sendiri adalah milik Tuhan, semua adalah titipan Tuhan dan semua akan terpulang kepada-Nya, kepada kehendak-Nya dan semua akan kembali kepada-Nya, ini yang disebut dengan Wiwitan, yaitu konsep kembali ke asal.
Kesadaran diatas menumbuhkan pengertian bahwa manusia wajib menjaga semua milik dan titipan Tuhan ini , dengan kata lain manusia wajib mengasuh, baik dirinya sendiri,sesamanya maupun lingkungan hidupnya.
Singkatnya pengertian-pengertian diatas menjadi..
- Gusti Anu Asih
- Alam anu Ngasah
- Manusa anu Ngasuh,ngasuh Kujur ,Batur jeung Lembur.
Asih-Asah-Asuh ini kita kenal sebagai dasar dari kehendak Tuhan atau hukum alam adalah hukum Tuhan,inti dari hukum alam adalah hukum pasti atau Tangtu.
Pasti atau Tangtu ini terkandung didalam proses wiwitan dan didalam hukum sebab akibat yang dalam istilah Sunda disebut hukum Pepelakan.
Didalam pantun-pantun dan mantra-mantra Sunda kerap kita dengar ada tiga unsur di alam kahiyangan atau alam gaib yaitu Wenang,Kala,Wening.
Wenang: sesuatu yang hanya dimiliki Tuhan atau otoritas Tuhan ,sehingga semesta ini disebut alam pawenangan.
Kala : adalah proses dalam penciptaan yang berisi kehendak atau program dari sang pencipta, perjalanan proses ini perlu waktu atau saat, oleh karena itu kala sering disebut waktu.
Wening : adalah segala sesuatu yang diciptakan dan ia adalah yang menerima dan diam dalam arti Tauhid atau Tahu kepada kehendak pencipta.
Tiga unsur tadi dimanifestasikan menjadi Tuhan ,Alam ,dan Manusia yang merupakan 3 unsur utama semesta. Mungkin dari pengertian-pengertian diatas yang menjadi lahirnya ungkapan Tri Tangtu.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Tri Tangtu merupakan dasar dari akar falsafah Sunda, oleh karena ternyata Tri Tangtu ini merefleksi dan direpresentasikan pada segala sistem dan sub sistem didalam Budaya Sunda seperti pada sistem Negara, sistem Sosial, sistem Hukum,sistem Seni dan lain sebagainya tidak terlepas dari prinsip Tri Tangtu ini, dan ini merupakan tugas kita semua untuk meneliti dan mengungkap keberadaan Hukum Tiga ini sebagai dasar dari Budaya Sunda.
Kita ambil contoh bahwa 3 unsur tadi yaitu Wenang Kala Wening beremanasi sehingga di simbolkan sebagai 3 warna cahaya yaitu Putih,Kuning,dan Merah, Tiga warna ini kita dapati pada Tumpeng, putih didalamnya yaitu telur atau ikan teri putih, kuning pada nasi atau badannya, serta merah yaitu pada cabai merah sebagai puncak manik.
Tri Tangtu juga di simbolkan didalam bentuk yaitu Segitiga. Segitiga adalah dasar dari segala bentuk. Bentuk segitiga ini kita dapati pada atap rumah tradisi Sunda serta ornamen puncaknya yang disebut Cagak Gunting yang merupakan 2 segitiga yaitu segitiga tak berbatas dan segitiga berbatas sebagai simbol alam gaib dan alam nyata tempat kita hidup. Rumah itu sendiri terdiri dari 3 bagian yaitu Tatapakan dan kolong, bagian tengah serta atap. Disamping itu kita kenal ada Tri Tangtu yang lain yaitu Tri Tangtu Salira , tiga titik pusat dari tiga bagian tubuh yaitu Dada,Perut dan Kepala disebut titik-titik DA,SA,RA.
DA : titik pusat bagian dada yaitu pada jantung yang merupakan representasi dari unsur Tuhan ,Ini dijelaskan karena jantung adalah pusat hidup atau pusat tempat masuknya energi yang menghidupkan yang berasal dari Tuhan yang disebut Daha. Wilayah dada ini adalah wilayah Asih dan wilayah Ketuhanan.
SA : titik pusat bagian perut yaitu pada pusar atau udel, sebagai titik pusat proses perwujudan ; bahwa kita diwujudkan didalam perut ibu melalui tali ari-ari yang menyambungkan Bali dan pusar kita. Wilayah Perut ini merupakan representasi dari unsur Alam yang mengasah atau membentuk wujud diri.
RA : titik pusat Otak, titik RA adalah suatu kelenjar yang merupakan pusat syaraf dan pusat otak yang merupakan pula pusat pengendali Badan dan Kehidupan. Wilayah RA ini mewakili unsur Manusia karena kepala inilah yang membedakan manusia dengan mahluk lain ,dengan kata lain kepala adalah wilayah kemanusiaan atau wilayah Asuh.
Titik RA ini dilambangkan sebagai matahari ( atau Dewa Matahari ), Manik Maya atau Rajawali atau Singha atau titik Jenar ( Merah ).
Titik RA yang merupakan pusat segala syaraf yang terdapat pada sum-sum tulang belakang yang berjumlah 25 ruas ditambah 7 ruas tulang leher dilambangkan sebagai Naga ( naga kuning atau emas ) atau Ular berkepala 7 (didalam cerita Hindu) , jadi Naga-Ra adalah badan kita sendiri.
25+7+1 (RA)= 33. Mungkin inilah yang disebut Nu satelu puluh telu oleh orang Kanekes (Baduy), dan menurut cerita ,tinggi tiang utama istana Pajajaran adalah 33 depa.

Hitungan 33 juga dipakai sebagai patokan pada Tarawangsa, yaitu dari gong ke gong adalah 33 ketukan .
RA sebagai pusat pengendali kehidupan dimana wujud kehidupan ini merupakan Tri Tangtu yaitu Tri Karma yang terdiri dari Bayu,Sabda, Hedap atau Pikir,Ucap dan Lampah ( perbuatan ). Tiga unsur tadi mempunyai Energi dan tiap manusia mempunyai Frekwensinya masing-masing. Akumulasi dari 3 energi ini disebut RAHA (Roh).
Tri Karma atau Pikir ,Ucap,Lampah ini juga ditentukan oleh Galuh,Galeuh dan Galih atau menurut istilah sekarang Naluri,Nurani dan Nalar ( SQ,EQ dan IQ).

TRI TANGTU DI BUMI
Didalam kata pengantar terjemahan naskah amanat Galunggung menyatakan bahwa amanat Galunggung Kropak 632 menjelaskan tentang kedudukan Tri Tangtu Di Bumi yaitu, Rama-Resi-Ratu. Ketiga-tiganya mempunyai tugas yang berbeda ,akan tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan ,tidak ada diantara mereka yang berkedudukan lebih tinggi dari yang lainnya. Tugasnya setara dan sama-sama mulia, ketiga pemimpin tersebut harus bersama-sama menegakan kebajikan dan kemuliaan melalui ucap dan perbuatan.
Dunia kemakmuran tanggung jawab sang Rama,Dunia kesejahteraan hidup tanggung jawab sang Resi, Dunia pemerintahan tanggung jawab sang Prabu/Ratu. Jagat Palangka di sang Prabu, jagat Daranan di sang Rama, jagat Kreta di sang Resi.
Rama : Representasi dari unsur Tuhan yang dimanifestasikan dalam tugas Rama yaitu bidang Spritual, dimana seorang rama ini adalah manusia yang sudah meninggalkan kepentingan yang bersifat duniawi dan lahiriah, sehingga bisa menjaga rasa asih yang tinggi dan bijaksana.
Resi : Representasi dari unsur alam yang merupakan penyedia bagi kepentinagn kehidupan , maka para Resi merupakan ahli-ahli atau guru-guru didalam bidang-bidang diantaranya pendidikan,militer,pertanian,seni,perdagangan,dan lain sebagainya. Misinya adalah Asah.
Ratu : Representasi unsur manusia yang bertugas untuk mengasuh seluruh kegiatan dan kekayaan negara. Karena misinya adalah Asuh, maka didalam tatanan Sunda para pemimpin ini disebut Pamong atau Pangereh dan bukan Pemerintah.
Bila kita bandingkan dengan keadaan kenyataan masyarakat Sunda masa kini, maka dengan sangat sedih kita harus mengakui bahwa tatanan Tritangtu Di Bumi pada masa dekat Sunda kini telah punah, kecuali pada masyarakat-masyarakat adat.
Hal ini disebabkan karena Tatar Sunda yang sangat strategis ,baik secara Geografi maupun secara Geopolitik telah menjadi arena masuknya segala pengaruh asing yang secara penuh diadopsi oleh masyarakat Sunda Modern, oleh karena itu otomatis dan perlahan namun pasti Budaya Sunda tersingkir dan terbunuh dari masyarakatnya sendiri dan tidakmungkin lagi menerapkan tataran asli Sunda pada situasi yang demikian.
“Sukleuk Leuweung Suklek Lampih Jauh Ka Sintung Kalapa, Lieuk deungeun Lieuk Lain Jauh Indung Ka Bapa.”

Itulah silokanya manusia Sunda sekarang yang jauh dari asalnya,satu sama lain bagaikan orang asing yang berjalan tanpa tujuan dan tanpa akhir.
Apabila kita lihat kekacauan negara kita saat ini yang disebabkan oleh kekacauan politik berdampak kepada ekonomi dan sosial serta aspek-aspek lainnnya, mungkin patut kita pertanyakan apakah kita tidak salah memilih ? ,kita memakai konsep-konsep yang berasal dari Budaya Asing, yang mungkin tidak cocok dengan masyarakat kita sendiri. Bila jawabannya YA, maka mereaktualisasi Tritangtu Di Bumi ini merupakan konsep alternatif bagi tatanan masa depan Indonesia.
Kita tidak usah takut untuk kembali kepada konsep-konsep leluhur kita , karena Menurut prinsip Wiwitan yang berarti siklus, maka sesuatu yang berada dibelakang kita suatu saat akan berada didepan kita.
Leluhur telah berpesan ;

TEUDEUN DI HANDEULEUM SIEUM, TUNDA DI HANJUANG SIANG, TUNDA ALAEUN SAMPEUREUN JAGA.
Kita ambil contoh bahwa nabi Muhammad SAW mereformasi masyarakat Arab yang Jahiliyah dengan kembali pada ajaran leluhurnya yaitu Ibrahim A.S. sehingga menghasilkan masyarakat yang sejahtera yaitu masyarakat madani.
PIWEJANG KARUHUN SUNDA (SANGHIYANG SIKSA KANDANG KARESIAN)
Naskah Sanghyang Siksakandang Karesian berjumlah 30 lembar, ditulis pada tahun 1440 Saka (1518 M). Naskah ini disimpan di Museum Pusat dengan nomor kode Kropak 630 (Mansukrip Sunda B) Sebagian isi dari naskah dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Dasakerta

Kesejahteraan hidup dapat dicapai bila kita mampu memelihara 10 bagian tubuh yaitu :
1.Telinga
2.Mata
3.Kulit
4.Lidah
5.]Hidung
6.Mulut
7.Tangan
8.Kaki
9.Tumbung (Dubur)
10.Alat kelamin (Purusa)
Jika 10 bagian tubuh tersebut tidak dijaga dapat mendatangkan musibah (dora bancana) tetapi bila digunakan dengan benar dapat membawa kesejahteraan (dasa kereta). Dahulu para paraji (dukun bayi) selalu membisikan wejangan pada telinga kiri bayi sesudah dimandikan “Ulah sadengena mun lain dengekeunana” (janganlah mendengar apa apa yang tidak pantas di dengar)
2. Dasa Prebakti
Ajaran ini menuntut ketataan seseorang pada orang lain karena kedudukannya, seperti : anak taat pada orangtua, istri taat pada suami, murid taat pada guru. Ini dimaksudkan agar kehidupan bermasyarakat dan bernegara dapat berjalan dengan baik dan lancar.
3. Pancaaksara Guruning Janma
Dalam Siksakandang dituturkan : “Pancaaksara ma byakta nu katongton kawreton, kacakeuh ku indriya” (Pancaaksara adalah kenyataan yang terlihat dan teralami, serta tertangkap oleh indera). Artinya : “Pengalaman harus dijadikan sebagai pelajaran bagi manusia” dimana melalui pengalaman itu akan diperoleh hakikat dari diri manusia dan lingkungannya
4. Darma Mitutur
Wejangan ini berkaitan dengan keharusan untuk seorang untuk belajar dari pengalaman dan dalam menuntut ilmu seseorang harus memiliki penyikapan untuk tidak memandang waktu, guru dan yang harus digurui dan harus bersikap teliti dan selektif. Darma Pitutur tersebut diuraikan melalui suatu siloka sunda kuno sebagai berikut:
-Tadaga kang carita hangsa (Ingin tahu tentang telaga, tanyalah angsa
-Gajendra carita banen (Ingin tahu tentang hutan, tanyalah gajah)
-Matsyanem carita sagarem (Ingin tahu tentang laut, tanyalah ikan)
-Puspanen carita bangbarem (Ingin tahu tentang bunga, tanyalah kumbang)
5. Ngawakan Tapa di Nagara
Setiap orang harus memiliki kemampuan dan keahlian, mulai dari seorang penggembala hingga pembesar kerajaan. Pada Naskah ini, disebutkan : “Sing sawatek guna, aya na satya diguna kahuluan; eta kehna turutaneun, kena eta ngawakan tapa di nagara” (Segala keahlian yang dengan setia dilakukan untuk negara, harus ditiru, karena itu berartu melakukan tapa di negara)
Contoh dari pekerjaan dan keahlian yang bermanfaat bagi negara antara lain adalah mentri, bayangkhara, pengalasan, pelukis, pandai emas, pandai besi, penyadap, prajurit, pemanah, pemungut pajak, penangkap ikan, penyelam dll.
6. Tritangtu Di Nu Reya
Merupakan tiga sendi kemenangan dalam masyarakat yang meliputi sikap “teguh, pageuh, tuhu” dalam kebenaran, Sikap ini mutlak dilakukan demi tercapainya kesejahteraan hidup. Bila setiap orang jujur dan benar dalam menjalankan tugasnya maka sejahtera di utara-selatan-barat-timur dan dimanapun yang ada dibawah langit.
7. Hidup yang pantas dan bersahaja
Setiap orang dianjurkan untuk selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu : “ Pakeun nu tiwas kala manghurip, emat-imeut rajeun leukeun, peda predana” (agar tidak sengsara selama hidup, haruslah hemat dan rajin, cukup pakaian)
Sikap hidup yang bersahaja dan tidak berlebihan ini diuraikan :
“Jaga rang hees tamba tunduh, nginum twak tamba hanaang, nyatu tampa ponyo, ulah urang kajongjonan. Yatnakeun maring ku hanteu” (Hendaknya kita tidur sekadar penghilang kantuk, minum tuak sekadar penghilang haus, makan sekadar penghilang lapar, jangan berlebihan. Ingatlah bila suatu saat kita tidak memiliki apa apa).
8. Jangan gila pujian
Dinyatakan, “lamun aya nu muji urang, suita
, maka geuning urang guminta pulangkeun ka nu muji, pakeun urang nu kapentingan ku pamuji sakalih. Lamun urang daek dipuji na kadyanggantang galah dawa minambungan tuna”
(Jika ada orang yang memuji kita, lalu sadarlah, kembalikan kepada pemuji, janganlah sekali kali mengharapkan pujian orang lain. Bila kita senang dipuji, sama halnya dengan galah panjang diberi sambungan sampai tidak dapat digunakan karna terlalu panjang).
9. Panca Parisuda

Panca Parisuda memiliki arti Lima Obat Penawar. Ini kaitannya dengan sikap menerima kritik “Lamun aya nu meda urang, aku sapameda sakalih” (Bila ada yang mengkritik kita, terimalah kritik orang lain itu).
Anggaplah ibarat kita sedang dekil menemukan air untuk mandi, ibarat sedang lapar ada yang memberi nasi, ibarat sedang dahaga ada yang memberikan minuman.
Dengan sikap tersebut dikatakannya ,“Kadyangga ning galah cedek tunugalan teka” (Sama halnya dengan sodok dipapas menjadi runcing). Dengan kritik, akal budi kita akan makin kukuh dan tajam.
10. Hidup yang penuh berkah

Pelengkap hidup agar selamat dalam kehidupan dan mendapat berkah dalam hidup harus :
1.Cermat
2.Teliti
3.Rajin
4.Tekun
5.Cukup Sandang
6.Bersemangat
7.Berpribadi pahlawan
8.Bijaksana
9.Berani Berkorban
10.Dermawan
11.Gesit
12.Cekatan
11. Parigeuing dan Dasa pasanta
Dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat tradisional ada 3 posisi yang menjadi tonggak kehidupan, yaitu Rama (Pendiri kampung dan Pemimpin masyarakat) Resi (Ulama atau Pendeta) Prabu (Raja yang memiliki kekuasaan) Dalam naskah, dianjuran agar orang berusaha memiliki wibawa seorang prabu, ucapan seorang rama dan tekad seorang resi.
Lihat Selengkapnya