Sudahkah terjadi apa yang
diramalkan oleh Kanjeng Gusti Prabu Jayabaya, raja Kediri?
Jangka Jayabaya ini dikenal khususnya
di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun oleh
para pujangga.
Berikut sari
Jangka Jayabaya :
Kelak
ada kereta tanpa kuda. Pulau Jawa
berkalung besi. Perahu pun berjalan di angkasa. Dan
sungai-sungai kehilangan mata air. Pasar-pasar kehilangan hiruk
pikuknya. Itulah pertanda jaman Jayabaya telah mendekat. Bumi
semakin lama semakin mengerut. Sejengkal tanah dikenai pajak. Kuda-kuda
lalu suka makan sambal. Kaum perempuan berpakaian lelaki.
Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik.
Banyak janji tidak ditepati. Banyak orang
berani melanggar sumpah sendiri. Orang-orang saling lempar
kesalahan. Tak peduli akan hukum Sang Hyang Widhi. Yang jahat
dijunjung-junjung. Yang suci justru dibenci. Banyak orang hanya
mementingkan uang. Lupa jati kemanusiaan. Lupa hikmah kebaikan. Lupa
sanak lupa saudara. Banyak ayah lupa anak. Banyak anak berani melawan
ibu. Menantang ayah. Saudara dan saudara saling khianat.
Keluarga saling curiga. Kawan menjadi
lawan. Banyak orang lupa asal-usul. Hukuman Raja tidak adil.
Banyak pejabat jahat dan ganjil. Banyak ulah tabiat ganjil. Orang yang
baik justru tersisih. Banyak orang kerja halal justru merasa
malu. Lebih mengutamakan menipu. Malas untuk bekerja. Inginnya
hidup mewah. Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
Orang yang benar termangu-mangu. Orang
yang salah gembira ria. Orang yang baik ditolak ditampik diping-pong. Orang
yang jahat naik pangkat. Orang yang mulia dilecehkan. Orang
yang jahat dipuji-puji. Perempuan hilang malu. Laki-laki hilang
perwira/kejantanan. Banyak laki-laki tak mau beristri. Banyak
perempuan ingkar pada suami. Banyak ibu menjual anak. Banyak
perempuan menjual diri. Banyak orang tukar istri/suami. Perempuan
menunggang kuda. Laki-laki naik tandu. Dua janda harga seuang (Red.:
seuang = 8,5 sen). Lima perawan lima picis. Duda pincang laku sembilan
uang.
Banyak
orang berdagang ilmu. Banyak orang
mengaku diri. Di luar putih di dalam jingga. Mengaku suci, tapi palsu
belaka. Banyak tipu banyak muslihat. Banyak hujan salah musim.
Banyak perawan tua. Banyak janda melahirkan bayi. Banyak anak lahir
mencari bapaknya. Agama banyak ditentang.
Perikemanusiaan semakin hilang. Rumah suci dijauhi.
Rumah maksiat makin dipuja.
Perempuan lacur dimana-mana. Banyak
kutukan. Banyak pengkhianat. Anak makan bapak. Saudara makan saudara.
Kawan menjadi lawan. Guru dimusuhi. Tetangga saling curiga. Angkara
murka semakin menjadi-jadi. Barangsiapa tahu akan terkena beban. Sedang
yang tak tahu disalahkan. Kelak terjadi banyak perang. Datang dari
timur, barat, selatan, dan utara.
Banyak orang baik makin sengsara. Sedang
yang jahat makin bahagia. Ketika itu burung gagak dibilang bangau. Orang
salah dipandang benar. Pengkhianat nikmat. Durjana semakin sempurna.
Orang jahat naik pangkat. Orang yang lugu dibelenggu.
Orang yang mulia dipenjara. Yang curang berkuasa. Yang
jujur sengsara. Pedagang banyak yang tenggelam. Penjudi banyak
merajalela. Banyak barang haram. Banyak anak haram. Perempuan melamar
laki-laki. Laki-laki memperhina derajat sendiri.
Banyak barang terbuang-buang. Banyak
orang lapar dan telanjang. Pembeli membujuk penjual. Si penjual bermain
siasat. Mencari rizki ibarat gabah ditampi. Yang tangkas lepas. Yang
terlanjur menggerutu. Yang besar tersasar. Yang kecil terpeleset. Yang
congkak terbentur. Yang takut mati. Yang nekat mendapat berkat. Yang
hati kecil tertindih. Yang ngawur makmur. Yang berhati-hati merintih.
Yang main gila menerima bagian. Yang sehat pikiran berpikir. Orang yang
bertani diikat. Orang yang bohong berdendang. Raja
ingkar janji, hilang wibawanya. Pegawai tinggi menjadi rakyat.
Rakyat kecil jadi priyayi. Yang curang jadi besar. Yang jujur celaka.
Banyak rumah di punggung kuda. Orang
makan sesamanya. Anak lupa bapak. Orang tua lupa ketuaan mereka. Jualan
pedagang semakin laris. Namun harta mereka makin habis. Banyak
orang mati lapar di samping makanan. Banyak orang berharta tapi hidup
sengsara. Yang gila bisa bersolek. Si bengkok membangun mahligai. Yang
waras dan adil hidup merana dan tersisih.
Terjadi perang dari dalam. Terjadi
karena para pembesar banyak salah faham.
Kejahatan makin merajalela. Penjahat makin banyak. Yang baik makin
sengsara. Banyak orang mati karena perang. Karena bingung dan kebakaran.
Si benar makin tertegun. Si salah makin
sorak sorai. Banyak harta hilang entah ke mana. Banyak pangkat dan
derajat lenyap entah mengapa. Banyak barang haram, banyak anak haram.
Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar. Tapi betapapun beruntung si
lupa. Masih lebih beruntung si waspada. Angkara murka semakin menjadi.
Di sana-sini makin bingung. Pedagang banyak rintangan.
Banyak buruh melawan majikan. Majikan
menjadi umpan. Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh. Si pandai
direcoki. Si jahat dimanjakan. Orang yang mengerti makan hati. Harta
benda menjadi penyakit. Pangkat menjadi pemukau. Yang sewenang-wenang
merasa menang. Yang mengalah merasa serba salah. Ada raja
berasal dari orang beriman rendah. Maha menterinya benggol
judi. Yang berhati suci dibenci. Yang jahat dan pandai menjilat
makin kuasa. Pemerasan merajalela.
Pencuri duduk berperut gendut. Ayam
mengeram di atas pikulan. Pencuri menantang si empunya rumah. Penyamun
semakin kurang ajar. Perampok semua bersorak-sorai. Si pengasuh
memfitnah yang diasuh. Si penjaga mencuri yang dijaga. Si penjamin minta
dijamin. Banyak orang mabuk doa. Di mana-mana berebut
menang. Angkara murka menjadi-jadi. Agama ditantang. Banyak orang
angkara murka. Membesar-besarkan durhaka. Hukum agama dilanggar.
Perikemanusiaan diinjak-injak. Tata susila diabaikan. Banyak orang gila,
jahat dan hilang akal budi.
Rakyat
kecil banyak tersingkir. Karena
menjadi kurban si jahat si laknat. Lalu datang Raja berpengaruh dan
berprajurit. Dan punya prajurit. Lebar negeri seperdelapan dunia. Pemakan
suap semakin merajalela. Orang jahat diterima. Orang suci
dibenci. Timah dianggap perak. Emas dibilang tembaga. Gagak disebut
bangau. Orang berdosa sentosa. Rakyat jelata dipersalahkan.
Si penganggur tersungkur. Si
tekun terjerembab. Orang busuk hati
dibenci. Buruh menangis. Orang kaya ketakutan. Orang takut jadi priyayi.
Berbahagialah si jahat. Bersusahlah rakyat kecil. Banyak orang saling
tuduh. Ulah manusia semakin tercela. Para raja berunding negeri mana
yang dipilih dan disukai.
Orang
Jawa tinggal setengah. Belanda-Cina tinggal sepasang. Banyak orang
kikir, banyak orang bakhil. Si hemat tidak mendapat bagian. Yang
mendapat bagian tidak berhemat. Banyak orang berulah dungu. Banyak orang
limbung. Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.
Ini
hanya sekadar Jangka, bukan masalah suka atau tak suka, bukan sandaran
iman dan logika, tak ada maksud untuk melaba, semua pada akhirnya
kembali kepada Yang Maha Kuasa.megu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar