Selasa, 20 September 2011

Sari Jangka Jayabaya

Sudahkah terjadi apa yang diramalkan oleh Kanjeng Gusti Prabu Jayabaya, raja Kediri?

Jangka Jayabaya ini dikenal khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga.
Berikut sari Jangka Jayabaya :
Kelak ada kereta tanpa kuda. Pulau Jawa berkalung besi. Perahu pun berjalan di angkasa. Dan sungai-sungai kehilangan mata air. Pasar-pasar kehilangan hiruk pikuknya. Itulah pertanda jaman Jayabaya telah mendekat. Bumi semakin lama semakin mengerut. Sejengkal tanah dikenai pajak. Kuda-kuda lalu suka makan sambal. Kaum perempuan berpakaian lelaki. Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik.

Banyak janji tidak ditepati. Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri. Orang-orang saling lempar kesalahan. Tak peduli akan hukum Sang Hyang Widhi. Yang jahat dijunjung-junjung. Yang suci justru dibenci. Banyak orang hanya mementingkan uang. Lupa jati kemanusiaan. Lupa hikmah kebaikan. Lupa sanak lupa saudara. Banyak ayah lupa anak. Banyak anak berani melawan ibu. Menantang ayah. Saudara dan saudara saling khianat.


Keluarga saling curiga. Kawan menjadi lawan. Banyak orang lupa asal-usul. Hukuman Raja tidak adil. Banyak pejabat jahat dan ganjil. Banyak ulah tabiat ganjil. Orang yang baik justru tersisih. Banyak orang kerja halal justru merasa malu. Lebih mengutamakan menipu. Malas untuk bekerja. Inginnya hidup mewah. Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.

Orang yang benar termangu-mangu. Orang yang salah gembira ria. Orang yang baik ditolak ditampik diping-pong. Orang yang jahat naik pangkat. Orang yang mulia dilecehkan. Orang yang jahat dipuji-puji. Perempuan hilang malu. Laki-laki hilang perwira/kejantanan. Banyak laki-laki tak mau beristri. Banyak perempuan ingkar pada suami. Banyak ibu menjual anak. Banyak perempuan menjual diri. Banyak orang tukar istri/suami. Perempuan menunggang kuda. Laki-laki naik tandu. Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen). Lima perawan lima picis. Duda pincang laku sembilan uang.

Banyak orang berdagang ilmu. Banyak orang mengaku diri. Di luar putih di dalam jingga. Mengaku suci, tapi palsu belaka. Banyak tipu banyak muslihat. Banyak hujan salah musim. Banyak perawan tua. Banyak janda melahirkan bayi. Banyak anak lahir mencari bapaknya. Agama banyak ditentang. Perikemanusiaan semakin hilang. Rumah suci dijauhi. Rumah maksiat makin dipuja.


Perempuan lacur dimana-mana. Banyak kutukan. Banyak pengkhianat. Anak makan bapak. Saudara makan saudara. Kawan menjadi lawan. Guru dimusuhi. Tetangga saling curiga. Angkara murka semakin menjadi-jadi. Barangsiapa tahu akan terkena beban. Sedang yang tak tahu disalahkan. Kelak terjadi banyak perang. Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.

Banyak orang baik makin sengsara. Sedang yang jahat makin bahagia. Ketika itu burung gagak dibilang bangau. Orang salah dipandang benar. Pengkhianat nikmat. Durjana semakin sempurna. Orang jahat naik pangkat. Orang yang lugu dibelenggu. Orang yang mulia dipenjara. Yang curang berkuasa. Yang jujur sengsara. Pedagang banyak yang tenggelam. Penjudi banyak merajalela. Banyak barang haram. Banyak anak haram. Perempuan melamar laki-laki. Laki-laki memperhina derajat sendiri.

Banyak barang terbuang-buang. Banyak orang lapar dan telanjang. Pembeli membujuk penjual. Si penjual bermain siasat. Mencari rizki ibarat gabah ditampi. Yang tangkas lepas. Yang terlanjur menggerutu. Yang besar tersasar. Yang kecil terpeleset. Yang congkak terbentur. Yang takut mati. Yang nekat mendapat berkat. Yang hati kecil tertindih. Yang ngawur makmur. Yang berhati-hati merintih. Yang main gila menerima bagian. Yang sehat pikiran berpikir. Orang yang bertani diikat. Orang yang bohong berdendang. Raja ingkar janji, hilang wibawanya. Pegawai tinggi menjadi rakyat. Rakyat kecil jadi priyayi. Yang curang jadi besar. Yang jujur celaka.

Banyak rumah di punggung kuda. Orang makan sesamanya. Anak lupa bapak. Orang tua lupa ketuaan mereka. Jualan pedagang semakin laris. Namun harta mereka makin habis. Banyak orang mati lapar di samping makanan. Banyak orang berharta tapi hidup sengsara. Yang gila bisa bersolek. Si bengkok membangun mahligai. Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.


Terjadi perang dari dalam. Terjadi karena para pembesar banyak salah faham. Kejahatan makin merajalela. Penjahat makin banyak. Yang baik makin sengsara. Banyak orang mati karena perang. Karena bingung dan kebakaran.

Si benar makin tertegun. Si salah makin sorak sorai. Banyak harta hilang entah ke mana. Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa. Banyak barang haram, banyak anak haram. Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar. Tapi betapapun beruntung si lupa. Masih lebih beruntung si waspada. Angkara murka semakin menjadi. Di sana-sini makin bingung. Pedagang banyak rintangan.

Banyak buruh melawan majikan. Majikan menjadi umpan. Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh. Si pandai direcoki. Si jahat dimanjakan. Orang yang mengerti makan hati. Harta benda menjadi penyakit. Pangkat menjadi pemukau. Yang sewenang-wenang merasa menang. Yang mengalah merasa serba salah. Ada raja berasal dari orang beriman rendah. Maha menterinya benggol judi. Yang berhati suci dibenci. Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa. Pemerasan merajalela.

Pencuri duduk berperut gendut. Ayam mengeram di atas pikulan. Pencuri menantang si empunya rumah. Penyamun semakin kurang ajar. Perampok semua bersorak-sorai. Si pengasuh memfitnah yang diasuh. Si penjaga mencuri yang dijaga. Si penjamin minta dijamin. Banyak orang mabuk doa. Di mana-mana berebut menang. Angkara murka menjadi-jadi. Agama ditantang. Banyak orang angkara murka. Membesar-besarkan durhaka. Hukum agama dilanggar. Perikemanusiaan diinjak-injak. Tata susila diabaikan. Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.

Rakyat kecil banyak tersingkir. Karena menjadi kurban si jahat si laknat. Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit. Dan punya prajurit. Lebar negeri seperdelapan dunia. Pemakan suap semakin merajalela. Orang jahat diterima. Orang suci dibenci. Timah dianggap perak. Emas dibilang tembaga. Gagak disebut bangau. Orang berdosa sentosa. Rakyat jelata dipersalahkan.


Si penganggur tersungkur. Si tekun terjerembab. Orang busuk hati dibenci. Buruh menangis. Orang kaya ketakutan. Orang takut jadi priyayi. Berbahagialah si jahat. Bersusahlah rakyat kecil. Banyak orang saling tuduh. Ulah manusia semakin tercela. Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.

Orang Jawa tinggal setengah. Belanda-Cina tinggal sepasang. Banyak orang kikir, banyak orang bakhil. Si hemat tidak mendapat bagian. Yang mendapat bagian tidak berhemat. Banyak orang berulah dungu. Banyak orang limbung. Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.
Ini hanya sekadar Jangka, bukan masalah suka atau tak suka, bukan sandaran iman dan logika, tak ada maksud untuk melaba, semua pada akhirnya kembali kepada Yang Maha Kuasa.
megu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar